Ternyata Pendiri Perusahaan Honda Seorang Pemuda Miskin

Ternyata Pendiri Perusahaan Honda Seorang Pemuda Miskin, Soichiro Honda

Siapa yang tak kenal motor merk Honda? Saking tenarnya, sampai-sampai di daerah tertentu, kata 'Honda' identik dengan motor. Di daerah tersebut, orang tidak bilang naik motor, tapi naik honda, meski yang dikendarai belum tentu motor merk Honda.




Di jalan-jalan, motor Honda layaknya raja jalanan. Bila ada sepuluh motor melintas, hampir pasti lebih dari lima motor produk Honda. Demikian juga dealer, suku cadang, dan tempat servis motor Honda bertebaran di seluruh penjuru kota.

Bisa dibayangkan, betapa jayanya perusahaan Honda. Betapa besarnya perusahaan tersebut. Lantas siapakah pendirinya? Adalah Soichiro Honda, seorang pemuda miskin, dari keluarga miskin, dan lahir di desa miskin yang sangat terpencil.

Latar Belakang Keluarga

Soichiro Honda lahir pada tangga 17 November 1906 dari seorang ayah Gihei Honda dan seorang ibu bernama Mika Honda. Soichiro adalah anak sulung dari sembilan bersaudara. Lima saudaranya meninggal ketika masih kecil karena kedua orang tuanya waktu itu tidak mampu memberikan pelayanan kesehatan yang memadai ketika mereka sakit.

Ayahnya, Gihei Honda, seorang tukang besi yang miskin. Ia membuka bengkel reparasi alat-alat pertanian yang kemudian beralih menjadi bengkel reparasi sepeda pancal. Salah satu sifat positif yang dimiliki ayahnya adalah menyukai sesuatu yang baru dan suka melakukan pembaharuan. Sifat ini jarang dimiliki orang-orang tua yang cenderung konservatif dan status quo.

Ketika muncul pipa sigaret model baru dari Barat, Gihei Honda tak segan-segan membuat model pipa baru tersebut. Tanpa mempedulikan tanggapan aneh dari tetangganya, ia gantikan pipa sigaret tradisionalnya dengan pipa barunya itu. Sifat positif inilah yang kelak menurun pada anaknya, Soichiro Honda.

Masa Kecil

Sampai umur 15 tahun, Soichiro Honda dibesarkan di tempat kelahirannya di dusun Komyo (sekarang Tenryu), Iwatagun, sebuah kawasan terpencil di distrik Prefektur Shizuoka. Kini kawasan tersebut telah berkembang pesat dan masuk dalam wilayah Hamamatsu, kota terbesar di distrik itu.

Hamamatsu sekarang, kota kelahiran Soichiro Honda

Masa kecilnya banyak dihabiskan di bengkel reparasi milik ayahnya. Kecintaannya pada mesin berawal dari bengkel tersebut. Ia juga sering bermain-main di tempat penggilingan padi beberapa kilometer dari desanya hanya untuk melihat motor penggerak mesin tersebut beroperasi. Ia amat terpesona melihat dan mendengar dentum mesin tersebut hingga tak terasa sudah berjam-jam Honda kagum mengamatinya.

Soichiro sangat terpesona dengan hal-hal yang berbau teknologi. Ketika pertama kali ia melihat mobil, dikejarnya mobil itu untuk bergelayut di belakang sambil membayangkan kerja motor penggerak mobil tersebut. Begitu pula setiap ada mobil masuk ke kampungnya, ia langsung lari ke jalan, tak peduli saat itu ia sedang menggendong adiknya. Dalam hatinya berkata, "Kelak saya akan membuat mobil sendiri".

Satu keinginan lagi yang belum terpenuhi. Soichiro ingin melihat pesawat terbang dari dekat. Saat itu usianya baru delapan tahun. Tapi ia nekat bersepeda sejauh 10 mil hanya untuk melihat pesawat tersebut.

Tidak hanya hobi bersepeda, Soichiro juga hobi mereparasi sepeda. Di bengkel milik ayahnya ia berhasil menciptakan sepeda pancal dengan model rem kaki. Padahal waktu itu usianya baru 12 tahun.

Masa Sekolah

Prestasi sekolah Soichiro Honda memang buruk. Setiap ulangan selalu mendapat nilai jelek. Tapi bukan berarti ia anak yang bodoh. Sistem sekolahnya yang tidak cocok untuk seorang Soichiro Honda. Orang seperti dia tidak suka pelajaran yang berbau teoretis dan hafalan. Ia hanya suka pelajaran yang aplikatif.

Soichiro sangat menonjol di bidang ilmu terapan sains dan teknologi. Waktu itu di kelas-kelas sains sekolah Jepang sudah dimunculkan benda-benda seperti baterai, timbangan, tabung reaksi, dan mesin. Walaupun saat itu ia masih kelas lima dan enam, namun dengan mudahnya ia menangkap keterangan dan menjawab pertanyaan tentang benda-benda tersebut.

Setelah lulus SD, ia dikirim ke sekolah menengah pertama di Futumata yang tak jauh dari kampungnya. Di sana, ia sekolah selama empat tahun. Setelah lulus, ia kembali ke kampung halamannya, kembali berkutat di bengkel reparasi sepeda milik ayahnya. 

Ia pernah kuliah untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Pagi hari berangkat kuliah, siang hari langsung ke bengkel untuk mempraktikkan ilmu yang diperolehnya. Namun dua tahun kemudian ia dikeluarkan dari kampus karena sering bolos. Ia hanya mengikuti kuliah yang dibutuhkan saja, mata kuliah yang lain tidak diikutinya.

"Saya merasa sekarat karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan yang bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya," ujar Soichiro Honda. Kepada rektornya ia jelaskan bahwa maksud kuliahnya adalah untuk mencari ilmu pengetahuan yang ia butuhkan, bukan mencari ijazah. Ucapannya ini mengisyaratkan bahwa Soichiro memang berjiwa pengusaha, bukan karyawan.

Hijrah ke Tokyo

Saat umurnya mencapai 15 tahun, setelah lulus sekolah menengah pertama, kegiatannya hanya membantu ayahnya di bengkel. Kebetulan ayahnya memiliki majalah The World of Wheels, majalah tentang mesin. Dibacanya majalah tersebut dengan penuh minat.

Di majalah tersebut, termuat lowongan kerja dari bengkel mobil di Tokyo. Tanpa membuang kesempatan, Soichiro langsung melamar pekerjaan tersebut dan ia diterima. Ayahnya sebenarnya masih khawatir dan agak keberatan karena umurnya masih belasan tahun. Tapi karena kemauan Soichiro sangat kuat, akhirnya diantar juga anaknya ke kota besar tersebut.

Di sana, ia bekerja di Art Shokai, sebuah bengkel mobil yang dipimpin oleh Saka Kibara (ada yang menyebut Kashiwabara). Karena umurnya masih 15 - 16 tahun, ia belum dipekerjakan sebagai teknisi. Oleh boss-nya ia hanya dipekerjakan sebagai pengasuh bayi dan cleaning service.

Meski hanya sebagai pengasuh bayi, ia cukup bersyukur, setidak-tidaknya ia selalu dekat dengan mesin-mesin mobil. Ia selalu mencuri-curi waktu untuk mengamati mesin-mesin, apalagi ketika bengkel sedang tutup. Di sela-sela mengasuh bayi ia selalu menyempatkan diri membaca-baca buku tentang otomotif. Buku pertama yang dibacanya adalah Sistem Pembakaran Dalam. Bagi Soichiro, saat itu adalah massa menempa ilmu pengetahuan.

Suatu saat bengkel Art sedang sibuk. Saka Kibara meminta Soichiro untuk membantunya di bengkel. Inilah saatnya Soichiro menunjukkan kemampuannya. Mobil pertama yang direparasi adalah mobil Ford model T keluaran 1908.

Ford model T 1908, mobil pertama yang direparasi Soichiro Honda
Ford model T 1908

Dengan kemampuan dasar yang dimilikinya sejak kecil, dengan pengetahuannya saat mencuri-curi waktu di sela-sela mengasuh bayi, serta seabrek bacaan yang dilahapnya, Soichiro berhasil membuat takjub para teknisi lain.

Akhirnya, Saka Kibara menaruh perhatian besar pada Soichiro. Cara kerjanya sangat cekatan, cermat, dan teliti. Setiap suara mesin yang mencurigakan, setiap tetesan oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya.

Karir yang Cemerlang sebagai Karyawan

Soichiro adalah tipe pekerja yang tak kenal lelah. Demi kepuasan kerja dan kepuasan pelanggan ia rela bekerja sampai larut malam. Tak heran, namanya kian melambung di kalangan pebengkel mobil.

Kerjanya taktis dan cermat sehingga membuat boss-nya terkesan. Hasil kerjanya memuaskan sehingga pelanggan enggan berpaling. Bahkan Soichiro mampu mereparasi kerusakan mobil yang ditolak oleh bengkel lain.

Suatu saat ia diperbantukan untuk membetulkan mobil di kota Marioka. Ketika penjemputnya datang, Soichiro langsung menghampirinya. Penjemputnya tak percaya kalau teknisi yang dimaksud ternyata seorang pemuda 18 tahun.

"Teknisinya sedang ke toilet ya?" tanya salah satu dari dua penjemput itu.

"Sayalah yang Anda maksud. Terima kasih telah menjemput saya," jawab Soichiro dengan santainya.

Kedua penjemput itu saling pandang sambil mengepresikan raut muka antara percaya dan tidak. Sesampai di Marioka, raut muka keduanya berubah takjub luar bisa menyaksikan cara kerja Soichiro. Dengan tangkas dan cekatan ia membongkar mesin mobil dan membetulkannya dalam waktu yang relatif singkat.

Pengetahuannya tentang dunia mesin semakin matang. Secara kebetulan waktu itu Saka Kibara bermaksud membuka cabang di Hamamatsu, sebuah kota dekat kampung halaman Soichiro. Di umurnya yang masih 21 tahun itu, Soichiro dipercaya untuk memimpin bengkel mobil di Hamamatsu.

Di Hamamatsu prestasi kerjanya semakin cemerlang. Mula-mula bengkel tersebut hanya mempunyai satu karyawan. Berkat kerja keras dan dedikasinya yang tinggi pada perusahaan dan pelanggan, tiga tahun kemudian bengkel tersebut menjadi besar dan menaungi 50 karyawan.

Keberhasilannya ini memicu munculnya bengkel-bengkel lain di Hamamatsu. Saingan semakin banyak. Tetapi bengkel yang dikelolanya mempunyai kelebihan, yaitu kerja cepat dan dapat mengatasi semua kerusakan. Pelanggan pun puas dan bengkelnya selalu ramai.

Penemuan demi Penemuan

Sifat inovatif yang menurun dari ayahnya banyak membuahkan hasil. Velg dengan ruji-ruji dari logam adalah ciptaannya. Pada waktu itu ruji-ruji roda mobil masih terbuat dari kayu sehingga mudah terbakar, kurang dapat meredam goncangan, serta poros roda lebih cepat aus dan longgar.

Velg beruji-ruji kayu, sebelum ditemukan velg beruji-ruji logam oleh Saichiro Honda
Velg beruji-ruji kayu

Tak disangka, ruji-ruji dari logam ini laku keras dan diekspor ke seluruh dunia. Atas penemuannya ini, Soichiro menandatangani hak patennya yang pertama. Pada saat itu umurnya baru 30 tahun.

Pada tahun 1933, Soichiro berhasil membuat mobil balap kreasinya sendiri. Mobil tersebut diberi nama Curtis. Nama Curtis dipakai karena ia menggunakan mesin pesawat jenis Curtis A1 untuk mobil balapnya itu. Mobil ciptaannya ini berhasil memenangkan sebuah kejuaraan dengan Soichiro sendiri sebagai navigatornya.

Selama hidupnya Soichiro Honda terkenal sebagai penemu. Ia memegang lebih dari 100 hak paten penemuan pribadi.

Tunggu lanjutan kisah ini pada Soichiro Honda: Jatuh Bangun Merintis Usaha.

Demikian kisah inspiratif Soichiro Honda. Semoga dapat membangkitkan semangat kerja kita.

Comments

Popular Posts